Transfer Pemain Bola, Antara Imajinasi dan Realisasi

Ilustrasi (pixabay.com)

Hampir setiap dua kali dalam setahun, isu transfer atau proses perpindahan pemain sepak bola selalu menjadi bahan informasi hangat media di seluruh dunia meskipun secara fakta di lapangan jauh dari kata kenyataan.

Hal ini amat wajar mengingat transfer pemain sepak bola bukan hanya melibatkan antara klub dengan pemain atau agen saja namun juga perputaran finansial lain yang memiliki pengaruh secara global.

Bagi sebuah media massa isu transfer pemain ini menjadi salah satu bahan populer untuk menaikkan intensitas pembaca atau menaikkan pamor media di tengah masyarakat.

Terlebih bila transfer mendekati kenyataan atau bahkan terealisasi, kepercayaan massa terhadap media tertentu menjadi besar, sehingga secara tidak langsung membantu perkembangan media tersebut.

Tentunya tidak sembarangan media massa yang bisa "mewujudkan" transfer suatu pemain dari satu klub ke klub lain. Butuh riset, observasi serta penelaahan mendalam kepada suatu klub, pemain, keluarga pemain, pelatih, agen bahkan hingga perusahaan endorse yang menaungi pemain.

Tidak sedikit juga "ada" beberapa yang melakukan cara "lebih" untuk mewujudkan transfer tersebut dengan memunculkan isu-isu yang sebenarnya realisasinya jauh dari kata nyata. Walaupun demikian hal ini tidak akan terjadi bila tidak dipicu oleh "api".

Artinya seorang jurnalis akan mengangkat isu transfer juga bukan tanpa bukti alias hoaks tapi karena mendapat "bocoran" informasi dari manajemen klub, agen, keluarga hingga sang pemain sendiri untuk pindah.

Hal ini wajar sebab, klub di dunia khususnya yang besar di Eropa memiliki pencari bakat di mana-mana sehingga saat membidik target dengan menghadiri pertandingan atau sekedar mendatangi latihan dapat dijadikan isu transfer.

Hanya saja memang ada juga yang mengkaitkan kiprah seorang pemain dengan klub baru dikarenakan adanya kecocokan. Dimaksud kecocokan ini seperti klub membutuhkan tambahan skuad, maka dapat juga dikaitkan sosok pemain yang "disinyalir" dapat memainkan peranan di posisi tersebut.

Tentunya media massa juga tidak sembarangan sebab untuk masuk tahap ini juga dibutuhkan riset dan analisis tingkat tinggi dengan kaya data. Selain utamanya pemain yang dimaksud memang termasuk dalam "shortlist" atau daftar incaran pemain suatu klub.

Sejauh ini media massa yang telah bergerak hingga tahap itu baru terjadi  di Eropa. Bahkan di Benua Biru itu terdapat media massa atau jurnalis yang secara khusus membahas atau mengkaji informasi terkait transfer pemain itu. 

Media ini tidak hanya bergerak saat pembukaan transfer musim panas di bulan Juli hingga Agustus dan transfer musim dingin di Januari, namun juga bulan lainnya.

Hal ini juga sejalan dengan progres klub yang tidak serta merta menghentikan pencarian pemain meski jendela transfer berakhir. Inilah yang menjadi bahan utama para pencari informasi tersebut.

Lalu dari media massa ini disadur oleh banyak media main stream seluruh dunia untuk menjadi konsumsi publik dengan beragam gaya serta bahasa masing-masing negara. Dengan kata lain bila informasi menyangkut transfer pemain di Eropa ini tidak berasal dari media yang semata menyebarkan hoaks namun media yang kredibel dan andal dalam bidang tersebut.

Ilustrasi (pixabay.com)

Persoalannya sekarang adalah banyak media sosial bertebaran tentu semakin banyak juga "pelaku" penyebaran berita transfer ini sesuai kepentingan tidak terkecuali bagi fans page suatu klub di seluruh dunia.

Kadang kala informasi ini tidak pasti bahkan tidak ada sumber jelas yang menyatakan. Akan tetapi telah jadi trending topik di sebuah halaman media sosial atau grup sebuah klub.

Tentunya fans "karbitan" alias fans layar kaca memiliki imajinasi tinggi saat berita seorang pemain akan hadir di skuad atau akan pergi dari tim favoritnya. Dimulai dari imajinasi ini kadang kala menjadi informasi yang menyesatkan, terlebih bila mencatut atau memasukkan nama jurnalis transfer andal dunia.

Dikatakan menyesatkan, saat fans sudah percaya, seorang pemain akan masuk atau pergi namun pada kenyataannya justru sebaliknya. Kemudian fans yang memang tidak memiliki "sikap", justru menjadikan itu sebuah Boomerang yang selanjutnya bisa memicu konflik kecil di media sosial.

Memang hal ini tentu tidak bisa diintervensi, sebab opini dan analisis fans juga merupakan salah satu kekayaan intelektual dunia. Tinggal saja bagaimana kita menyikapi hal tersebut apakah akan menjadi sebuah informasi atau hanya imajinasi.

Tentu bila saat isu muncul kita perlu menggali lebih dalam dan mencari informasi pada sumber terpercaya seperti website klub langsung atau media jurnalis yang memang andal dalam info transfer. Atau tetap membiarkan itu menjadi imajinasi sembari menunggu fakta dan realisasinya.

Di Indonesia sendiri berita transfer ini selalu menjadi bahan empuk seluruh media. Hal ini dikarenakan adanya pasar besar untuk menarik minat pembaca media tersebut.

Pasalnya Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki penduduk terbanyak dalam hal menjadi fans suatu klub besar Eropa. Bahkan jumlah anggota fans suatu klub di media sosial jumlahnya hingga puluhan juta.

Amat wajar bila suatu berita transfer yang melibatkan suatu klub dengan basis fans besar seperti AC Milan atau Manchester United, kerap menjadi trending topik informasi.

Secara tidak langsung juga ini meningkatkan pamor klub dunia tersebut juga. Terlebih bila dikaitkan dengan pemain kelas atas yang terlibat dalam transfer, jelas akan menjadi informasi hangat. Meski kadang realisasinya sulit terjadi atau bahkan urung dilakukan oleh suatu klub.

Dengan demikian dapat dikatakan sebuah  transfer dunia itu lebih pada alur informasi yang bersifat imajinasi dan realisasi. Hal ini sesungguhnya sejalan dengan klub yang memanfaatkan "media" melalui isu transfer untuk memperkuat eksistensi timnya, bukan semata untuk memperkuat skuadnya. 

Ini juga membuktikan bahwa antara media massa dan klub terdapat simbiosis mutualisme atau hubungan saling menguntungkan. Meski kadang tidak jarang juga akibat isu ini ada suatu klub diuntungkan dan klub lain dirugikan.

Ini baru ilustrasi dari penulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman sedikit saat menjadi jurnalis. Tentunya akan banyak persepsi dan pandangan lainnya yang berbeda dari setiap orang. Semoga sharing ini bermanfaat.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel