Saat "New Normal Habit" Menaikkan Sekaligus Menurunkan Tren Bersepeda

Ilustrasi (pixabay.com)

Salah satu kebiasaan yang muncul saat digalakkannya kehidupan baru atau new normal adalah meningkatnya tren sepeda di kalangan masyarakat, namun perlahan waktu kegiatan ini mulai memudar.

Sebagai gambaran saat pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Indonesia akibat adanya Pandemi Covid-19 mulai Maret 2020, masyarakat berduyun-duyun membeli sepeda kemudian melakukan olahraga gowes roda dua itu.

Salah satu penyebabnya menurut Ketua Bike to Work (B2W) Indonesia Poetoet Soedarjanto yang dilansir dari detik.com karena PSBB memaksa masyarakat stay di rumah.

Akibatnya warga mengalami kebosanan karena olahraga hanya bisa dilakukan di sekitar kawasan rumah. Sementara pandemi semakin terjadi untuk mencari alternatif olahraga yang aman yakni bersepeda.

Akan tetapi pernyataan Poetoet didasarkan atas adanya tetap di rumah yang sempat dilakukan serentak di Indonesia hampir 7 bulan lebih. Selain itu pada saat itu juga kantor, pertokoan, rumah makan, bioskop dan tempat wisata ditutup.

Sehingga wajar saat itu banyak yang melakukan olahraga sepeda karena intensitas lalu lintas di jalan juga tidak padat. Di samping itu dengan olahraga yang menjaga jarak seperti itu, keamanan terhadap paparan Covid-19 dinilai lebih terjaga.

Akan tetapi perlahan waktu WHO dan pemerintah  yang secara bertahap  mengembalikan kegiatan pra-Covid namun dengan pola  New Normal yakni Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak. Hal ini juga dibarengi dengan meningkatkan intensitas pemeriksaan atau tes Covid, menjadikan kegiatan bersepeda mulai memudar.

Hal ini dapat dilihat, seperti penulis yang ada di Padang pada periode April hingga September, hampir setiap hari warga berbondong di jalan melakukan "gowes" bersepeda. Akan tetapi saat mulai dibuka perkantoran dan sarana umum lainnya periode Oktober hingga saat ini kegiatan hanya terpusat pada waktu libur itu juga dengan intensitas yang kecil.

Ilustrasi (pixabay.com)

Bila ditilik alasan utamanya karena masyarakat sudah terbiasa dengan pola New Normal namun kembali melakukan rutinitas seperti sebelum Covid-19 menyerang.

Sebagai contoh anak muda akan lebih memilih berwisata dan Travelling atau  sekedar nongkrong di rumah makan dan mal dibanding bersepeda yang juga membutuhkan energi lebih.

Persoalannya saat PSBB atau New Normal di awal dengan melakukan "gowes" setelah pulang ke rumah tinggal istirahat karena tidak memiliki "plan" yang lain.

Hal ini berbeda dengan New Normal saat ini yang memiliki banyak kegiatan seperti ngantor, berwisata, ngemall, atau menonton bioskop.

Alasan lain mengapa intensitas bersepeda turun karena terjadinya perubahan dari mitigasi atau pencegahan pandemi tersebut. Sebagai contoh bila di awal virus menular hanya melalui droplet sehingga hanya membutuhkan jaga jarak. Saat ini karena adanya penelitian baru yang mengungkap virus bisa menyebar lewat udara menjadikan bersepeda tidak efektif.

Menurunnya intensitas bersepeda juga diakui oleh beberapa penjual sepeda seperti di salah satu penjual sepeda di Padang yang mengatakan omzet mengalami penurunan pada akhir tahun 2020.

Menurut penjual yang bernama Agus yang berlokasi di Kecamatan Kuranji itu pembeli sepeda saat ini hampir sama dengan saat sebelum pandemi. 

Dengan hal-hal sederhana tersebut dapat penulis ambil hipotesis bahwa New Normal telah mengangkat tren sepeda sekaligus juga menurunkannya. Meskipun antara New Normal yang awal dan saat ini terjadi modifikasi kebiasaan.

Artikel ini tentunya masih didasarkan atas kacamata penulis, butuh penelitian lebih dalam dan sistematis untuk membuktikan hal tersebut. Sebab mungkin saja hal ini terjadi karena ada periode seperti halnya kebiasaan musiman seperti bermain layang-layang, atau kehadiran buah yang melimpah. Semoga bermanfaat.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel