Menonton Televisi, Pilihan atau Kebutuhan Tetap??

                                                         Ilustrasi Nonton TV (Google.com)


Di zaman global dengan percepatan teknologi saat ini, bisa jadi siaran televisi bukan lagi menjadi kebutuhan pelengkap namun sebagai keperluan primer yang perlu dipenuhi.

Keberadaan perangkat elektronik praktis semisal laptop, tablet dan gadget semakin menegasikan keperluan tersebut.

Bagi masyarakat dunia saat ini, tak terkecuali di Indonesia menonton bukan lagi mengukur waktu per jam namun per detik.

Bahkan perkembangan jaringan media sosial semakin memudahkan masyarakat menonton hanya dengan memanfaatkan jejaring antar teman tersebut.

Pada akhir 1990an dan awal 2000 an Indonesia mulai mengadopsi konsep televisi berlangganan atau kabel. Hal ini juga sejalan dengan perkembangan televisi berlangganan di luar negeri.

Meski sistem parabola dan dekodernya telah mengemuka sejak tahun 1970an di Indonesia, konsep tv berlangganan dan kabel ini jauh menjanjikan.

Pasalnya dengan membayar sekian Rupiah, mulai dari kualitas tayangan, penerimaan siaran hingga jenis siaran lebih beragam dan variatif. Berbeda dengan parabola yang hanya dapat menangkap siaran tv gratis dari seluruh dunia dengan kualitas tayangan bergantung sistem penerimaan.

Dalam perkembangannya provider TV Berlangganan di Indonesia menunjukkan hasil yang memuaskan. secara perlahan beberapa perusahaan tumbuh seperti Indovision, Transvision dulu Telkomvision, Aora TV, Big TV, KVision, dan Orange TV.

Dalam waktu satu dekade tv berlangganan mendapat banyak peminat, bahkan salah satu provider terbesar memiliki langganan lebih dari satu juta orang di seluruh Indonesia.

Akan tetapi kelemahan terbesar dari sistem tv berlangganan atau kabel ini yakni mahalnya biaya untuk berlangganan.

Memang sempat ada dua provider yang membanting harga hingga di bawah Rp100 ribu namun saat ini keduanya gulung tikar. Akibatnya hanya provider ternama yang masih dapat bertahan dan terus mendapat pelanggan setiap harinya.

Konsekuensi dari provider tersebut tentu harus meningkatkan bentuk pelayanan termasuk variasi siaran yang dapat dinikmati konsumen. Konsumen akan yakin berlangganan bila tayangannya variatif dan dapat memenuhi kebutuhan tontonannya.

Konsumen rela membayar dari Rp100 ribu hingga jutaan rupiah per bulannya dengan catatan mendapat pelayanan dan kepuasan dalam menonton. Artinya provider juga harus berkorban lebih untuk memenuhi keinginan pelanggan.

Mahalnya TV berlangganan ini menjadikan konsumen hanya sebentar untuk berlangganan dan memilih kembali dengan siaran parabola atau uhf.

Alhasil saat ini beberapa provider memperkuat eksistensinya dengan mengubah pola disesuaikan dengan kemajuan teknologi semisal internet tv atau android tv.

internet tv pada dasarnya telah dikembangkan oleh perusahaan telekomunikasi terbesar Telkom melalui peluncuran Indihome.

Indihome bukan hanya memberikan sajian internet kepada pelanggan, namun juga memberikan pilihan untuk menonton tv berlangganan dengan harga yang jauh lebih terjangkau.

Perbandingannya berlangganan tv kabel seharga Rp400 ribu dengan 100 lebih siaran jauh dari kata untung bila dibandingkan Indihome. Indihome dengan harga sama dapat menawarkan siaran televisi cukup beragam namun juga mendapat akses internet tanpa batas.

Hanya kekurangan TV berlangganan aksesnya lebih luas di seluruh Indonesia sedangkan Indihome masih terbatas pada jaringan yang dilalui telepon.

Sejatinya selain Indihome muncul juga provider untuk tv hybrid seperti itu semisal First Media milik Lippo Group atau MyRepublic.

Keuntungan lain dari sistem tv seperti itu, bila tidak ditemukan siarannya dapat dicari melalui akses internet untuk siaran streaming. Artinya masyarakat secara bebas menentukan pilihan siarannya dibanding tv berlangganan satelit yang harus puas dengan menu siaran yang ada.

Hanya kembali lagi untuk mengakses siaran tv saja perlu akses yang mahal, biaya berlangganan Rp400 ribu ditambah harga televisi dan listrik tentu sangat menguras isi kantong.

Sebenarnya dengan konsep yang sama namun jauh lebih praktis menggunakan sistem menonton
streaming berbayar dengan kuota internet. Konsep ini jauh lebih efisien dan tidak terlalu menguras isi kantong serta siaran yang didapat tidak kalah berkualitas dari tv berlangganan.

Telkomsel sebagai salah satu perusahaan bidang telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia dinilai cukup baik dalam pengembangan sistem tv berlangganan streaming melalui android.

Melalui aplikasi android maxstream, Telkomsel menawarkan pilihan siaran tv berlangganan dengan kualitas gambar dan tayangan kelas satu.

Tersebut siaran tv yang biasa malang melintang di tv kabel seperti TVN, Bein Sport, Warner TV, thrill, Nickjr, Cartoon Network, Euro Sport, KIX, TLC, Ohk! dapat disaksikan hanya dengan mengunduh aplikasi tersebut di playstore google.

Bukan hanya TV berlangganan yang tayang live, konsep Video On Demand atau menonton tayangan secara berulang juga dapat dilakukan dalam aplikasi tersebut.

Tidak hanya itu, aplikasi maxstream juga terintegrasi dengan aplikasi streaming lainnya seperti HOOQ, Tribe, VIU, dan Catchplay. Dengan pertimbangan pembayaran pulsa internet jelas tayangan menjadi lebih banyak dan variatif.

Hal ini jelas sesuai dengan konsep tv berlangganan yakni menonton sesuai keinginan konsumen. Artinya dengan siaran beragam seperti itu, konsumen yang akan menentukan pilihan tontonannya.

Dalam hal ini Telkomsel juga memberikan kemudahan dalam menonton kepada konsumen dengan menyediakan paket Videomax. Paket ini dijual dalam bentuk bonus untuk paket internet dasar namun ada penambahan dengan rentang harga Rp10 ribu hingga Rp100 ribu dengan kuota yang besar.

Bagi penikmat TV berlangganan, ini cukup direkomendasikan dan dapat dipertimbangkan untuk melanjutkan atau tidak berlangganan tv kabel atau satelit.

Dengan TV berlangganan seperti ini, konsumen dapat menyiapkan kuota untuk menonton televisi sesuai kegemarannya.

Saya sebagai salah satu pelanggan tv satelit dan juga maxstream menilai, penggunaan layanan Telkomsel ini jauh lebih menguntungkan.

Saya sampai mengurangi paket langganan tv karena melihat tayangan telah tersedia di layanan Telkomsel tersebut.

Sebagai contoh saya membeli paket menonton atau Videomax sebesar Rp10 ribu untuk menonton pertandingan sepak bola di Bein Sport. Dengan ini saya dapat kuota 2 GB hingga 5 GB dan dapat menonton 5 pertandingan lebih dengan catatan satu pertandingan memakan kuota 500 MB.

Selain itu saya juga menyiapkan kuota tidak lebih dari 1 GB untuk menonton dua episode drama Korea di OhK dan TVN setiap minggunya.

Dan dalam menonton saya biasa menyambungkannya ke laptop atau televisi dengan sistem mirroring atau nirkabel. Ini jelas lebih efisien dibanding menonton dari TV berlangganan.

Dengan artian tv berlangganan streaming dapat memenuhi kebutuhan konsumen menonton sesuai keinginan namun tidak untuk menonton terus menerus. Meski demikian dapat dilakukan menonton non stop melalui sistem ini dengan catatan paket yang tersedia tidak terbatas seperti menggunakan wifi Indihome telkom.

Berbeda dengan tv berlangganan yang bisa diakses 24 jam non stop tanpa perlu memikirkan kuota habis karena streaming.

Meskipun begitu menurut saya bila konsep TV berlangganan untuk memuaskan pemirsa, penggunaan streaming android jauh lebih efisien dan praktis.

Bahkan harganya jauh lebih terjangkau karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan ekonomi. Di samping itu dalam memanfaatkan tv berlangganan lebih efisien dan tepat sasaran.

Menurut saya semua pelanggan tv berlangganan kecil kemungkinan menonton semua siaran non stop. Pastinya akan memilih setiap siaran sesuai keperluan.

Memang paket internet dengan kuota besar tidaklah murah, namun dengan intensitas membeli yang besar hal tersebut dapat diatur sedemikian rupa.

Sebagai gambaran saat ini saya masih memiliki lebih dari 21 GB paket menonton dan itu akan bertambah sejalan dengan pembelian paket dasar.

Akan tetapi semua dikembalikan kepada konsumen masing-masing sesuai kebutuhan dalam menonton.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel