Saat "Tong Kosong Nyaring Bunyinya" Lengkapi Ilmu Padi

Ilustrasi (pixabay.com)

Bila merujuk arti dan makna, peribahasa Bahasa Indonesia "Tong Kosong Nyaring Bunyinya" merupakan kebalikan dari "Seperti Ilmu Padi, Makin Berisi Makin Runduk", Padahal bila dikaitkan  keduanya bisa saling melengkapi.

Jika diambil dari sisi positif "Tong kosong nyaring bunyinya" tidak semata diberikan kepada seseorang yang banyak bicara namun tidak memiliki ilmu. Dapat juga ditujukan kepada orang yang ahli dalam menyampaikan pendapat dan mengkritik namun tidak terlalu menguasai bidang atau ilmu yang disampaikannya.

Dalam hal ini orang bersikap "Seperti Ilmu Padi, Makin Berisi Makin Runduk" juga mengacu pada seseorang yang tidak banyak bicara namun memiliki ilmu yang lebih. Orang ini dikategorikan seperti peneliti atau praktisi yang lebih banyak bekerja dan menggali pengetahuan lebih dalam.

Dalam kenyataannya ilmuwan seperti peneliti atau praktisi ini juga bukanlah orator atau presenter yang brilian bila harus "cuap-cuap" di depan khalayak ramai. Bahkan sebagian kecil tidak terlalu mau diekspos.

Di sinilah peranan orang yang jago bicara tadi dapat melengkapi kekurangan pada ilmu padi tersebut. Itulah sebabnya seorang penulis buku tidak serta merta dapat menyampaikan resume atau ikhtisar bukunya di khalayak ramai. Sehingga muncul pembahas atau panelis yang membahas isi buku tersebut.

Atau dalam kaitan pada sebuah organisasi dan instansi terdapat juru bicara atau humas yang secara personal memiliki kemampuan berbicara meski pemahaman ilmu tidak sama atau tidak sebaik atasannya.

Dalam dunia jurnalistik juga tidak sedikit presenter berita yang hanya perlu memahami sedikit dari informasi yang ditulis penulis berita. Meskipun banyak juga presenter yang memang memahami informasi secara detail.

Ilustrasi (pixabay.com)

Kemudian dalam sisi dakwah juga, penulis kajian Al Quran dan Hadist sebagian besar adalah pemegang ilmu padi namun tidak banyak yang langsung tampil berbicara di depan umum. Di sinilah peranan dai yang menjadi perantara dalam menyampaikan ilmu atau kajian yang telah ditulis kepada khalayak ramai. 

Bila mengacu pada hal-hal yang demikian dapat ditentukan bahwa peribahasa "Tong kosong nyaring bunyinya" dapat dipasangkan dengan "Ilmu padi, semakin berisi semakin runduk" bahkan saling melengkapi.

Ini hanya salah satu sudut pandang penulis dalam menginterpretasikan kedua peribahasa tersebut.

Sebab peribahasa Ilmu padi juga berlaku bagi dia yang jago berbicara, memiliki banyak ilmu dan banyak bekerja dan tidak sombong. Akan tetapi bila melihat realita di lapangan tipe kepribadian yang sempurna seperti itu hanya dimiliki oleh sedikit orang.

Hal yang sama juga bagi peribahasa "tong kosong nyaring bunyinya" berlaku bagi orang yang tidak memiliki daya pikir, pembual namun banyak ngomong tanpa tindakan". Akan tetapi kecil kemungkinan orang berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu. Sebab manusia diberikan akal dan pikiran yang secara waras tentu akan selalu menggunakannya. Termasuk membual sekalipun butuh cara dan analisis untuk melakukannya. Sebab perbuatan itu juga kerap dilakukan oleh orang jenius sekalipun.

Tentu artikel ini tidaklah mutlak menjelaskan demikian hanya bagian dari sudut pandang penulis yang tentu membutuhkan analisis dan riset mendalam. Semoga bermanfaat.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel