Saat Cinta Diibaratkan Musim Gugur dan Semi

 
Ilustrasi (pixabay.com)

Setiap manusia telah diberikan anugerah terindah berupa perasaan suka kepada lawan jenisnya, namun dalam hitungan waktu juga perasaan itu dapat hilang seketika.

Hal ini amat wajar mengingat manusia memiliki estimasi perubahan sikap dan perilaku yang singkat. Sehingga perasaan suka dan tidak itu amat wajar datangnya silih berganti sebagaimana musim yang berlaku di daerah beriklim subtropis atau sedang

Seperti di Jepang dan Korea Selatan memiliki dua musim yang kadang kala juga dikaitkan dengan perasaan cinta dan benci tersebut yakni musim semi "spring" dan musim gugur "autumn".

Bahkan di beberapa judul drama dan film di kedua negara, kerap terselip nama 'Spring" dan "autumn" tersebut. Termasuk judul lagu yang dilantunkan oleh artisnya juga sering menggunakan nama musim gugur dan semi.

Bila ditilik pada kedua musim itu terjadi perbedaan yang sinkron, terutama jenis tumbuhan desiduos yang akan menggugurkan daunnya pada musim "autumn" dan akan mekar pada musim "spring".

Nah bila ini dikaitkan dengan perasaan cinta seseorang jelas saat perasaan sukanya mekar disebut musim semi dan saat menjadi benci disebut musim gugur.

Ilustrasi (pixabay.com)


Hanya saja bedanya bila musim semi dan gugur memiliki kecenderungan stabil, namun musim gugur dan semi pada cinta dapat berlangsung lama dan juga cepat bergantung pada situasi dan kondisi perasaan tersebut.

Bisa saja hari ini cinta itu bersemi, besoknya menjadi benci bahkan berujung pada dendam. Hal ini berkaitan dengan pandangan seseorang yang bila diibaratkan pada musim yakni udara atau angin yang membawa dari berbagai belahan dunia.

Pengaruh pandangan itu juga amat berkaitan dengan otak untuk berpikir kemudian menerjemahkan kesan yang akhirnya dipahami sebagai cinta atau benci. Ini seperti kelembaban dan tekanan udara yang mempengaruhi angin serta pergerakan bumi mengelilingi matahari.

Dampak dari dua musim yang terpatri pada kondisi nyata dan hati juga erat kaitannya dengan pola pikir kita semua.

Misalnya kita menganggap musim gugur cukup merugikan bagi produksi budidaya kita jelas memandang musim tersebut menjadi sesuatu yang tidak disukai. Sebaliknya bila musim semi cukup menguntungkan bagi produksi budidaya tanaman, jelas kita menganggap musim tersebut favorit atau disukai.

Bila hal ini dikonversi ke dalam perasaan cinta, bila menganggap gugurnya cinta terhadap seseorang menandakan sebagai duka tentu menjadi kesan negatif namun bila sebaliknya gugurnya cinta menjadi suatu yang suka dan mencari yang lain jelas kesannya positif.

Akan tetapi perlu digaris bawahi di sini saat musim semi cinta "Spring Love" sangat tidak mungkin kesan negatif berada dalam pemikiran manusia. Sebab cinta bersemi selalu menjadi anugerah.

Sobat sampai di sini sudah jelas kan musim semi dan gugur secara nyata dan cinta memiliki persamaan. Dalam hal pemahaman tentu bergantung kepada pandangan masing-masing. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel