7 Kebiasaan Anak-Anak Potensial Menjadi Jenius

 

Ilustrasi anak jenius (pixabay.com)

Bakat seseorang menjadi jenius dapat dilihat sejak dini melalui dari sikap dan perilakunya yang perlahan menjadi kebiasaannya setiap hari.

Bila dilihat perkembangannya saja secara kasat mata anak-anak yang potensial jenius memiliki banyak perbedaan dengan anak lain di usianya.

Seperti ukuran tubuh yang lebih tinggi dari anak seusianya, kemudian kesenangan berbicara dengan orang dewasa ketimbang dengan anak-anak lainnya.

Hal lain yang semakin memperkuat bakal kejeniusannya yakni dapat menggambar dengan imajinasi tingkat tinggi serta fokus melakukan sesuatu.

Selain hal di atas ada beberapa kebiasaan lain yang bisa menjadi ciri khas seorang anak potensial menjadi pintar atau jenius sebagaiman BJ Habibie atau Albert Einstein.

Berikut teksinfo paparkan 7 kebiasaan seorang anak yang potensial menjadi jenius berdasarkan analisis penulis dan referensi dari peneliti.


1. Tidak suka berbicara dengan kosakata sederhana

Anak-anak dengan potensial menjadi jenius memiliki kosakata lengkap sebagaimana orang biasa. Bahkan kemampuannya ini sudah muncul sejak usia 2 tahun saat sempurna dalam mengeja kata-kata. Pada perkembangannya anak ini akan mengabaikan anak lainnya ketika berbicara dengan ejaan tidak sempurna atau kosakata sederhana. Saat di usia tiga hingga lima tahun anak ini dapat memahami berbagai hal dengan mudah dan mengucapkannya. Kelanjutannya anak ini dapat mengeja bacaan atau dengan mudah menghafal sebuah tulisan.


2. Bisa merumuskan solusi terhadap masalah

Anak-anak dengan potensial menjadi jenius biasanya sudah dinilai lebih matang dari yang seusianya. Anak ini dengan mudah mempelajari berbagai hal termasuk mendengar pembicaraan orang lebih dewasa, melalui tontonan serta peristiwa lainnya. Hebatnya mereka dapat membandingkan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya sehingga dapat merumuskan menjadi sebuah persepsi sendiri. Salah satu ciri anak yang mampu merumuskan solusi ini contohnya saat memerintahkan orang tua melakukan sesuatu dari persoalan yang dihadapi kedua orang tuanya. sebagai contoh anak usia 4 sampai 5 tahun "Ma, kalau penanya sudah habis kan bisa beli lagi di toko". 


3. Pandai beralibi dan memiliki alasan tepat

Anak-anak dengan potensial jenius saat disalahkan atas tindakannya dapat segera melakukan alibi dan memberikan alasan yang tepat sehingga kadang kala membuat orang tuanya kesulitan mengantisipasinya. Hal ini terjadi karena kemampuan daya serap dan menirukan tindakan orang lain yang cepat serta memiliki ingatan yang kuat. Untuk itu bila ingin anak tidak beralibi maka orang tua atau yang dewasa tidak melakukan contoh serupa.

Ilustrasi anak jenius (pixabay.com)


4. Tidak menyukai tontonan kartun

Anak-anak dengan potensial jenius saat usia balita hingga tujuh tahun sama sekali tidak tertarik dengan kartun. Secara psikologis ketidaksukaan terhadap kartun karena dinilai terlalu sederhana dan bersifat khayalan. Di samping itu alasan ketidaksukaan terhadap kartun karena jalan ceritanya yang sudah dapat ditebak. Anak dengan potensi jenius ini saat menonton kartun lebih senang mengamati jalan cerita atau bahkan makna yang ada di dalamnya. Jangan heran bila anak seperti ini diberikan tontonan lain seperti vlog anak di Youtube akan lebih memilih itu. Alasannya cerita dalam tontonan tersebut sangat realita dan menjadi bahan bagi mereka menambah wawasan pengetahuannya.


5. Mudah bosan

Secara kasat mata anak yang mudah bosan biasanya telah menyelesaikan suatu kegiatan dan tidak mau melakukannya berulang-ulang. Hal ini wajar terjadi disebabkan rasa penasaran yang tinggi dan senang pada sesuatu yang baru. Biasanya saat melihat kegiatan berulang anak seperti ini akan menjadi bosan. Justru dalam beberapa penelitian di universitas di Amerika Serikat, anak mudah bosan merangsang pemikiran kreatif yang berujung pada peningkatan kecerdasan.


6. Banyak bertanya yang menyulitkan si penjawab

Anak dengan potensi jenius memiliki otak yang terus terstimulasi aktif sehingga memiliki rasa penasaran tinggi terhadap berbagai hal. Tidak jarang juga saat dirinya tidak menemukan jawaban, bertanya menjadi pilihannya. Bila dilihat sekilas pertanyaannya amat sederhana namun tidak mudah menjawabnya. Bila seorang anak usia lima tahun bertanya "dari apa dibuat air?, atau di mana Tuhan itu kemudian kita jawab tidak puas dengan jawabannya. Ada potensi anak tersebut akan menjadi seorang jenius di masa depan.


7. Terampil mengikuti kegiatan orang dewasa

Seorang anak meniru apa yang dilakukan orang tuanya adalah suatu yang lumrah. Akan tetapi bila dia terampil bahkan mampu melewati kemampuan orang tuanya, terlebih dapat mengajarkannya jelas ini calon jenius. Bukan hanya kegiatan sehari-hari, anak calon jenius ini bahkan terampil di bidang teknologi dan media sosial.

Melihat besarnya potensi anak tersebut menjadi jenius, tentu juga perlu perhatian dan pengawasan dari orang dewasa khususnya orang tua. Terutama dengan menyeimbangkannya dengan pendidikan agama dan ibadah, agar nantinya menjadi jenius yang bertanggung jawab. Justru kelalaian orang tua dalam pembinaan anak berpotensi justru menjadikannya jenius psikopat dan manusia berperilaku buruk lainnya. 

Dari pemaparan di atas memang masih berupa pengalaman, pengetahuan dan analisis penulis masih perlu penelitian jangka panjang untuk membuktikan hal tersebut. Meskipun demikian, setidaknya dengan kebiasaan tersebut dapat melatih anak menjadi lebih cerdas di masa depan. Semoga bermanfaat.


 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel