Cinta Suci, Siapa Tepat Mendapatkannya?

Love


Bila didengar pada beberapa lagu yang mengambil tema cinta suci mengindikasikan sebuah perasaan murni, konsisten dan tulus dalam mencintai lawan jenis.

Bahkan generasi milenial saat ini banyak yang tahu cinta suci itu berarti cinta yang tulus dan tanpa pamrih. Dan banyak juga orang sangat mengharapkan adanya cinta suci dalam berhubungan atau berpasangan.

Padahal bila ditelisik lebih jauh, setiap lirik atau puisi yang muncul hanya menginterpretasikan dua kata yang muncul yakni cinta dan suci. 

Cinta diindikasikan sebagai perasaan suka, sayang dan kagum pada lawan jenis. Sedangkan suci artinya murni dan tanpa ada alasan apapun untuk menyukai.

Lalu, apakah betul cinta suci itu untuk manusia? Apakah berhak manusia menerimanya, jawabannya iya atau tidak.

Beberapa ahli Agama Islam menafsirkan cinta suci sebagai perasaan sayang, kagum dan bersyukur atas segala pemberian dan rahmat Allah SWT. Perasaan ini dimunculkan secara ikhlas dan berserah atas kebesaran Allah SWT.

Biasanya ulama atau manusia yang telah memiliki iman yang kuat serta selalu meningkatkan takwanya dapat melakukan perasaan tersebut. Suri teladan terbaik yang dapat memunculkan cinta suci yakninya baginda Nabi Muhammad SAW. Inilah bukti bahwa Rasulullah merupakan Habibullah atau Kekasih Allah.

Nah bila sudah dikaitkan semacam itu, apakah pantas manusia berhak menerima cinta suci dari sesama manusia?. Terlebih manusia banyak bergelimang dosa dan hatinya rentan mendapat gangguan syetan.

Meskipun begitu dalam skala kecil cinta suci dapat dimunculkan pada beberapa hal. Misalnya cinta orang tua pada anaknya, cinta suami atau istri pada pasangannya atau cinta adik pada kakak dan sebaliknya.

Patut digaris bawahi cinta suci bisa muncul bila seseorang sudah menikah dan menjalin rumah tangga. Sebab selain sudah sah dalam berhubungan, kebersamaan suami istri juga bisa membentuk cinta suci kepada Allah.

Lalu apakah mencintai secara murni pada kegiatan, hobi atau orang sebelum menikah bagian cinta suci? Bisa iya atau tidak bergantung interpretasi masing-masing.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel